Minggu, 08 Juli 2012

analisis puisi subagyo sastrowardoyo


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam Wikipedia menyatakan pengertian Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar. Namun juga tidak semua jenis puisi terdapat kalimat majasnya. Dibeberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana sebuah analisis puisi berdasarkan pendekatan structural dan pendekatan semiotic. Puisi yang akan dianalisis merupakan salah satu karya sastrawan terkenal di Indonesia. Beliau adalah Subagyo Sastrowardoyo, sedangkan puisi yang akan dianalisis berjudul “Pidato Di Kubur Orang”.





























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Analisis puisi berdasarkan pendekatan struktural.
Struktur merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Menurut Teww dalam Rinjani menjelaskan bahwa analisis struktural merupakan tugas prioritas atau tugas pendahuluan. Sebab karya sastra mempunyai kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya itu sendiri. Sedangkan menurut Fokemma menjelaskan pendekatan struktural, yaitu suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya.
Pendekatan Struktural yang dipergunakan, akan menghasilkan gambaran yang jelas terhadap diksi, citraan, bahasa khias, majas, sarana retorika, bait dan baris, nilai bunyi, persajakan, narasi, emosi, dan ide yang digunakan pengarang dalam menulis puisinya. Di bawah ini akan disajikan sebuah puisi karya Subagio Sastrowardoyo yang dianalisis berdasarkan pendekatan struktural;

PIDATO DI KUBUR ORANG
Ia terlalu baik buat dunia ini.
Ketika gerombolan mendobrak pintu
Dan menjarah miliknya
Ia tinggal diam dan tidak mengadakan perlawanan.
Ketika gerombolan memukul muka
Dan mendopak dadanya
Ia tinggal diam dan tidak menanti pembalasan.
Ketika gerombolan menculik istri
Dan memperkosa anak gadisnya
Ia tinggal diam dan tidak memendam kebencian.
Ketika gerombolan membakar rumahnya
Dan menembak kepalanya
Ia tinggal diam dan tidak menguvapkan penyesalan.
Ia terlalu baik buat dunia ini.

1.      Analisis berdasarkan struktur lahir
a.       Diksi
v  Ketika gerombolan mendobrak pintu
v  Dan menjarah miliknya
v  Dan mendopak dadanya
b.      Imaji
v  Imaji penglihatan
·         Ketika gerombolan mendobrak pintu
·         Dan menjarah miliknya
·         Ketika gerombolan memukul muka
·         Dan mendopak dadanya
·         Ketika gerombolan menculik istri
·         Dan memperkosa anak gadisnya
·         Ketika gerombolan membakar rumahnya
·         Dan menembak kepalanya
v  Imaji perasaan
·         Ia tinggal diam dan tidak memendam kebencian
·         Ia tinggal diam dan tidak menguvapkan penyesalan.
c.       Bahasa figurative
Pemilihan kata dalam puisi ini tidak menggunakan bahasa figurative. Puisi ini hanya menggunakan pemilihan kata yang lebih umum yang sering digunakan oleh manusia.
d.      Kata konkret
Ia terlalu baik buat dunia ini.
e.       Irama
Ia terlalu baik buat dunia ini.
f.       Rima
Rima dalam puisi tidak memperhatikan kesamaan bunyi. Rima puisi ini campuran, namun terdapat beberapa kesamaan seperti berikut ini:
v  Ketika gerombolan memukul muk/a/
Dan mendopak dadany/a/
v  Ketika gerombolan membakar rumahny/a/
Dan menembak kepalany/a/
2.      Analisis berdasarkan struktur batin
a.       Tema
Puisi di atas mengandung tema kesabaran seorang tokoh Ia. Kesabarannya ditunjukan saat keluarga Ia dirampok oleh segerombolan perampok.
b.      Nada
Puisi di atas, sikap penulis lembut dan halus karena menceritakan sebuah kesabaran tokoh Ia yang mendapatkan cobaan.
c.       Rasa
Puisi di atas, sang penulis merasa tidak berdaya dan mempunyai perasaan yang sangat sabar dalam menghadapi suatu cobaan yang harus dihadapinya.
d.      Amanat
Puisi di atas dapat saya tarik sebuah amanat, bagaimana sikap kita menjalani proses kehidupan yang kita alami. Dalam menjalani sebuah cobaan kehidupan kita harus menjalaninya dengan sabar dan tidak menyesali atas cobaan yang telah diberikan kepada kita.

B.     Analisis puisi berdasarkan pendekatan semiotik.
Dalam Sudjiman semiotika adalah ilmu tanda, istilah ini tersebut berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti “tanda”. Semiotika merupakan salah satu pendekatan yang sedang diminati oleh para ahli sastra di Indonesia. Pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sebuah sistem tanda. Sebagai ilmu tanda semiotik secara sistematik mempelajari tanda-tanda. Berikut ini dipaparkan puisi yang akan dianalisis melalui pendekatan semiotik.

PIDATO DI KUBUR ORANG
Ia terlalu baik buat dunia ini.
Ketika gerombolan mendobrak pintu
Dan menjarah miliknya
Ia tinggal diam dan tidak mengadakan perlawanan.
Ketika gerombolan memukul muka
Dan mendopak dadanya
Ia tinggal diam dan tidak menanti pembalasan.
Ketika gerombolan menculik istri
Dan memperkosa anak gadisnya
Ia tinggal diam dan tidak memendam kebencian.
Ketika gerombolan membakar rumahnya
Dan menembak kepalanya
Ia tinggal diam dan tidak menguvapkan penyesalan.
Ia terlalu baik buat dunia ini.

Puisi “Pidato Di Kubur Orang” di atas terdiri dari empat belas larik dan dalam setiap larik terdiri atas satu sampai tujuh kata. Melihat dari jumlah larik dan kata-katanya, puisi ini termasuk puisi pendek. Selanjutnya, apabila dilihat dari penggunaan kata-kata di puisi ini terkesan diulang-ulang, dapat dilihat pada kata “ketika, gerombolan, ia, tinggal, diam, dan, tidak”.
Dalam menganalisis secara pendekatan semiotik langkah awal yang harus diperhatikan adalah dari judul puisi itu sendiri. Puisi berjudul “Pidato Di Kubur Orang”, hal yang pertama timbul bayangan sang pembaca tentu seorang yang berpidato di makam. Judul tersebut mengandung tanda bahwa seseorang membacakan sebuah puisi disaat pemakaman seseorang.
Pada baris pertama puisi ini langsung mengungkap makna dari puisi ini, perhatikan lariknya berikut ini:
Ia terlalu baik buat dunia ini  
Larik ini mengandung tanda untuk mengungkapkan bahwa sosok “Ia” yang diceritakan dalam puisi ini mempunyai sifat yang baik. Kebaikannya sampai betul-betul baik buat dunia ini. Hal ini seakan langsung memunculkan makna gagasan dalam puisi ini.
Pada baris selajutnya ada terkaitannya, antara baris kedua sampai keempat. Perhatikan larik berikut ini:
Ketika gerombolan mendobrak pintu
Dan menjarah miliknya
Ia tinggal diam dan tidak mengadakan perlawanan.
Dalam baris di atas mengandung tanda yang menceritakan disaat rumah “Ia”, dirampok oleh sekawanan pencuri yang masuk rumah dengan cara mendobrak pintu. Sekawanan pencuri itu mencuri barang-barang miliknya. Namun, “Ia” ini tidak melakukan perlawanan, “Ia” hanya terdiam memperhatikan pencuri ini mengambil semua barangnya.
Bahkan, tidak hanya rumahnya yang dijarah oleh sekawanan pencuri. “Ia” juga disakiti oleh pencuri itu, ini ditunjukan pada tanda baris kelima sampai larik ketujuh berikut ini:
Ketika gerombolan memukul muka
Dan mendopak dadanya
Ia tinggal diam dan tidak menanti pembalasan.
Sekawan pencuri itu merampok sekaligus menyakiti “Ia” yang hanya terdiam. Bahkan, setelah “Ia” disakiti oleh sekawan pencuri itu tidak ada niatan untuk membalas dengan apa yang dilakukan sekawanan pencuri itu.
Penderitaan “Ia” tidak hanya sampai disitu, ditunjukan dalam baris kedelapan sampai kesepuluh berikut ini:
Ketika gerombolan menculik istri
Dan memperkosa anak gadisnya
Ia tinggal diam dan tidak memendam kebencian.
Dalam larik diatas menunjukan bagaimana sekawan pencuri itu tidak hanya mencuri barang-barang milik “Ia”, tetapi juga menyakiti serta membuat hancur keluarga itu. Istrinya yang tentu sangat “Ia” cintai diculik oleh pencuri serta anak gadis yang “Ia” cintai juga harus menerima kehinaan, karena diperkosa oleh sekawanan pencuri itu. Namun, lagi-lagi “Ia” hanya bisa terdiam. Akan tetapi “Ia” tidak merasa dendam dengan apa yang telah dilakukan oleh sekawanan pencuri itu terhadap keluarganya.
Setelah sekawan pencuri itu mencuri serta menghancurkan kehidupan keluarga “Ia”, pencuri itu membakar rumah “Ia”. Hal ini ditunjukan pada baris kesebelas sampai ketiga belas berikut ini:
Ketika gerombolan membakar rumahnya
Dan menembak kepalanya
Ia tinggal diam dan tidak menguvapkan penyesalan.
“Ia” hanya diam saja tanpa melakukan perlawanan dan merasa dendam terhadap pencuri itu. Bahkan saat dia ditembak bagian kepalanya, “Ia” tidak merasa menyesal terhadap apa yang telah baru saja yang dia alami. “Ia” benar-benar iklas dan tabah menghadapinya.
Sekarang timbul pertanyaan mengapa “Ia” diam saja dengan apa yang dialaminya. Hal ini bukan tanpa alasan mengapa “Ia” bersikap begitu. Bisa saja dia telah tua renta dan tidak mampu lagi melawan sekawan pencuri. Keadaan “Ia” yang sudah tua ini dapat ditujukan pada baris kesembilan, dimana “Ia” telah mempunyai anak yang sudah gadis. Larik kesembilan ini dapat menjelaskan mengapa “Ia” hanya diam saja. Dibalik diamnya “Ia” tentu “Ia” sangatlah luarbiasa bagaimana “Ia” menghadapi kejadian itu. “Ia” benar-benar menjadi orang yang sabar dalam menjalani cobaan yang menimpanya dan keluarganya. Tanpa mengeluh dan tidak ada dendam dari dalam dirinya, sabar dan tetap dijalani meskipun sangat pedih cobaan itu. “Ia” benar-benar menjadi orang yang terlalu sabar untuk dunia ini.










BAB III
SIMPULAN

A.    Struktur merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Terdapat struktur secara lahir dan batin. Strutruk secara lahir dalam puisi in terdiri dari diksi, imaji, kata konkret, irama dan rima. Sedangkan, struktur secara batin dalam puisi ini mengandung tema kehidupan dan kesabaran seseorang dalam menjalani kehidupan. Rasa yang digunakan dalam puisi di atas adalah perasaan yang sabar, sedangkan untuk nada yang digunakan adalah menggunakan nada lembut dan halus. Amanat yang dapat diambil dari puisi di atas adalah bagaimana sikap kita menjalani proses kehidupan yang kita alami. Dalam menjalani sebuah cobaan kehidupan kita harus menjalaninya dengan sabar dan tidak menyesali atas cobaan yang telah diberikan kepada kita.
B.     Semiotik adalah mempelajari tentang tanda. Dalam puisi mengandung makna tentang kehidupan manusia. Setiap manusia pasti mendapat cobaan kehidupan. Kesabaran dalam menjalani cobaan adalah suatu kunci dalam kehidupan. Seperti dalam puisi ini sosok “Ia” digambarkan sebagai orang yang seorang yang sabar dalam menjalani cobaan kehidupan.














DAFTAR PUSTAKA

Sudjiman, Panuti, Aart Van Zoest. 1996. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Wikipedia. “Puisi” (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi, diakses tanggal 17 Juni 2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar