BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam Wikipedia
menyatakan pengertian Puisi (dari bahasa Yunani kuno:
ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di
mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti
semantiknya. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan,
meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun
perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan
dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai
perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain
itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke
dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada
puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut
merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi
kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus
diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi
tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan'
yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan
sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
Namun beberapa
kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin
memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu
'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan
lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Di dalam puisi juga
biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas
tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu
sindiran langsung dengan kasar. Namun juga tidak semua jenis puisi
terdapat kalimat majasnya. Dibeberapa
daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka
enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana sebuah analisis
puisi berdasarkan pendekatan structural dan pendekatan semiotic. Puisi yang
akan dianalisis merupakan salah satu karya sastrawan terkenal di Indonesia.
Beliau adalah Subagyo Sastrowardoyo, sedangkan puisi yang akan dianalisis
berjudul “Pidato Di Kubur Orang”.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Analisis puisi berdasarkan pendekatan struktural.
Struktur merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian
yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Menurut
Teww dalam Rinjani menjelaskan bahwa analisis struktural merupakan tugas
prioritas atau tugas pendahuluan. Sebab karya sastra mempunyai kebulatan makna
intrinsik yang dapat digali dari karya itu sendiri. Sedangkan menurut Fokemma
menjelaskan pendekatan struktural, yaitu suatu metode atau cara pencarian
terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu
unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan
ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya.
Pendekatan Struktural yang dipergunakan, akan menghasilkan
gambaran yang jelas terhadap diksi, citraan, bahasa khias, majas, sarana
retorika, bait dan baris, nilai bunyi, persajakan, narasi, emosi, dan ide yang
digunakan pengarang dalam menulis puisinya. Di bawah ini akan disajikan sebuah
puisi karya Subagio Sastrowardoyo yang dianalisis berdasarkan pendekatan
struktural;
PIDATO DI KUBUR ORANG
Ia terlalu baik buat dunia
ini.
Ketika gerombolan mendobrak
pintu
Dan menjarah miliknya
Ia tinggal diam dan tidak
mengadakan perlawanan.
Ketika gerombolan memukul
muka
Dan mendopak dadanya
Ia tinggal diam dan tidak
menanti pembalasan.
Ketika gerombolan menculik
istri
Dan memperkosa anak gadisnya
Ia tinggal diam dan tidak
memendam kebencian.
Ketika gerombolan membakar
rumahnya
Dan menembak kepalanya
Ia tinggal diam dan tidak
menguvapkan penyesalan.
Ia terlalu baik buat dunia
ini.
1.
Analisis berdasarkan struktur lahir
a.
Diksi
v Ketika gerombolan mendobrak pintu
v Dan menjarah miliknya
v Dan mendopak dadanya
b.
Imaji
v
Imaji penglihatan
·
Ketika gerombolan mendobrak
pintu
·
Dan menjarah miliknya
·
Ketika gerombolan memukul
muka
·
Dan mendopak dadanya
·
Ketika gerombolan menculik
istri
·
Dan memperkosa anak gadisnya
·
Ketika gerombolan membakar
rumahnya
·
Dan menembak kepalanya
v
Imaji perasaan
·
Ia tinggal diam dan tidak
memendam kebencian
·
Ia tinggal diam dan tidak
menguvapkan penyesalan.
c.
Bahasa figurative
Pemilihan kata dalam puisi ini tidak
menggunakan bahasa figurative. Puisi ini hanya menggunakan pemilihan kata yang
lebih umum yang sering digunakan oleh manusia.
d.
Kata konkret
Ia terlalu baik buat dunia
ini.
e.
Irama
Ia terlalu baik buat dunia
ini.
f.
Rima
Rima dalam puisi tidak memperhatikan
kesamaan bunyi. Rima puisi ini campuran, namun terdapat beberapa kesamaan
seperti berikut ini:
v Ketika gerombolan memukul muk/a/
Dan mendopak dadany/a/
v Ketika gerombolan membakar rumahny/a/
Dan menembak kepalany/a/
2.
Analisis berdasarkan struktur batin
a.
Tema
Puisi di atas mengandung tema kesabaran
seorang tokoh Ia. Kesabarannya ditunjukan saat keluarga Ia dirampok oleh
segerombolan perampok.
b.
Nada
Puisi di atas, sikap penulis lembut
dan halus karena menceritakan sebuah kesabaran tokoh Ia yang mendapatkan cobaan.
c.
Rasa
Puisi di atas, sang penulis merasa
tidak berdaya dan mempunyai perasaan yang sangat sabar dalam menghadapi suatu
cobaan yang harus dihadapinya.
d.
Amanat
Puisi di atas dapat saya tarik sebuah
amanat, bagaimana sikap kita menjalani proses kehidupan yang kita alami. Dalam
menjalani sebuah cobaan kehidupan kita harus menjalaninya dengan sabar dan
tidak menyesali atas cobaan yang telah diberikan kepada kita.
B.
Analisis puisi berdasarkan pendekatan semiotik.
Dalam
Sudjiman semiotika adalah ilmu tanda, istilah ini tersebut berasal dari bahasa
Yunani semeion yang berarti “tanda”.
Semiotika merupakan salah satu pendekatan yang sedang diminati oleh para ahli
sastra di Indonesia. Pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sebuah
sistem tanda. Sebagai ilmu tanda semiotik secara sistematik mempelajari
tanda-tanda. Berikut ini dipaparkan puisi yang akan dianalisis melalui
pendekatan semiotik.
PIDATO DI KUBUR ORANG
Ia terlalu baik buat dunia
ini.
Ketika gerombolan mendobrak pintu
Dan menjarah miliknya
Ia tinggal diam dan tidak
mengadakan perlawanan.
Ketika gerombolan memukul
muka
Dan mendopak dadanya
Ia tinggal diam dan tidak
menanti pembalasan.
Ketika gerombolan menculik
istri
Dan memperkosa anak gadisnya
Ia tinggal diam dan tidak
memendam kebencian.
Ketika gerombolan membakar
rumahnya
Dan menembak kepalanya
Ia tinggal diam dan tidak
menguvapkan penyesalan.
Ia terlalu baik buat dunia
ini.
Puisi “Pidato Di Kubur Orang” di atas terdiri dari empat
belas larik dan dalam setiap larik terdiri atas satu sampai tujuh kata. Melihat
dari jumlah larik dan kata-katanya, puisi ini termasuk puisi pendek. Selanjutnya,
apabila dilihat dari penggunaan kata-kata di puisi ini terkesan diulang-ulang,
dapat dilihat pada kata “ketika,
gerombolan, ia, tinggal, diam, dan, tidak”.
Dalam menganalisis secara pendekatan semiotik langkah awal
yang harus diperhatikan adalah dari judul puisi itu sendiri. Puisi berjudul
“Pidato Di Kubur Orang”, hal yang pertama timbul bayangan sang pembaca tentu
seorang yang berpidato di makam. Judul tersebut mengandung tanda bahwa
seseorang membacakan sebuah puisi disaat pemakaman seseorang.
Pada baris pertama puisi ini langsung mengungkap makna dari
puisi ini, perhatikan lariknya berikut ini:
Ia terlalu baik buat
dunia ini
Larik
ini mengandung tanda untuk mengungkapkan bahwa sosok “Ia” yang diceritakan
dalam puisi ini mempunyai sifat yang baik. Kebaikannya sampai betul-betul baik
buat dunia ini. Hal ini seakan langsung memunculkan makna gagasan dalam puisi
ini.
Pada baris selajutnya ada terkaitannya, antara baris kedua
sampai keempat. Perhatikan larik berikut ini:
Ketika gerombolan mendobrak
pintu
Dan menjarah miliknya
Ia tinggal diam dan tidak
mengadakan perlawanan.
Dalam
baris di atas mengandung tanda yang menceritakan disaat rumah “Ia”, dirampok
oleh sekawanan pencuri yang masuk rumah dengan cara mendobrak pintu. Sekawanan
pencuri itu mencuri barang-barang miliknya. Namun, “Ia” ini tidak melakukan
perlawanan, “Ia” hanya terdiam memperhatikan pencuri ini mengambil semua
barangnya.
Bahkan, tidak hanya rumahnya yang dijarah oleh sekawanan
pencuri. “Ia” juga disakiti oleh pencuri itu, ini ditunjukan pada tanda baris
kelima sampai larik ketujuh berikut ini:
Ketika gerombolan memukul
muka
Dan mendopak dadanya
Ia tinggal diam dan tidak
menanti pembalasan.
Sekawan
pencuri itu merampok sekaligus menyakiti “Ia” yang hanya terdiam. Bahkan,
setelah “Ia” disakiti oleh sekawan pencuri itu tidak ada niatan untuk membalas dengan
apa yang dilakukan sekawanan pencuri itu.
Penderitaan “Ia” tidak hanya sampai disitu, ditunjukan dalam baris
kedelapan sampai kesepuluh berikut ini:
Ketika gerombolan menculik
istri
Dan memperkosa anak gadisnya
Ia tinggal diam dan tidak
memendam kebencian.
Dalam
larik diatas menunjukan bagaimana sekawan pencuri itu tidak hanya mencuri
barang-barang milik “Ia”, tetapi juga menyakiti serta membuat hancur keluarga
itu. Istrinya yang tentu sangat “Ia” cintai diculik oleh pencuri serta anak
gadis yang “Ia” cintai juga harus menerima kehinaan, karena diperkosa oleh
sekawanan pencuri itu. Namun, lagi-lagi “Ia” hanya bisa terdiam. Akan tetapi “Ia”
tidak merasa dendam dengan apa yang telah dilakukan oleh sekawanan pencuri itu
terhadap keluarganya.
Setelah sekawan pencuri itu mencuri serta menghancurkan
kehidupan keluarga “Ia”, pencuri itu membakar rumah “Ia”. Hal ini ditunjukan
pada baris kesebelas sampai ketiga belas berikut ini:
Ketika gerombolan membakar
rumahnya
Dan menembak kepalanya
Ia tinggal diam dan tidak
menguvapkan penyesalan.
“Ia”
hanya diam saja tanpa melakukan perlawanan dan merasa dendam terhadap pencuri
itu. Bahkan saat dia ditembak bagian kepalanya, “Ia” tidak merasa menyesal
terhadap apa yang telah baru saja yang dia alami. “Ia” benar-benar iklas dan
tabah menghadapinya.
Sekarang timbul pertanyaan mengapa “Ia” diam saja dengan apa
yang dialaminya. Hal ini bukan tanpa alasan mengapa “Ia” bersikap begitu. Bisa saja
dia telah tua renta dan tidak mampu lagi melawan sekawan pencuri. Keadaan “Ia”
yang sudah tua ini dapat ditujukan pada baris kesembilan, dimana “Ia” telah
mempunyai anak yang sudah gadis. Larik kesembilan ini dapat menjelaskan mengapa
“Ia” hanya diam saja. Dibalik diamnya “Ia” tentu “Ia” sangatlah luarbiasa
bagaimana “Ia” menghadapi kejadian itu. “Ia” benar-benar menjadi orang yang
sabar dalam menjalani cobaan yang menimpanya dan keluarganya. Tanpa mengeluh
dan tidak ada dendam dari dalam dirinya, sabar dan tetap dijalani meskipun
sangat pedih cobaan itu. “Ia” benar-benar menjadi orang yang terlalu sabar
untuk dunia ini.
BAB
III
SIMPULAN
A.
Struktur merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu
bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur
itu. Terdapat struktur secara lahir dan batin. Strutruk secara lahir dalam
puisi in terdiri dari diksi, imaji, kata konkret, irama dan rima. Sedangkan,
struktur secara batin dalam puisi ini mengandung tema kehidupan dan kesabaran
seseorang dalam menjalani kehidupan. Rasa yang digunakan dalam puisi di atas
adalah perasaan yang sabar, sedangkan untuk nada yang digunakan adalah
menggunakan nada lembut dan halus. Amanat yang dapat diambil dari puisi di atas
adalah bagaimana sikap kita menjalani proses kehidupan yang kita alami. Dalam
menjalani sebuah cobaan kehidupan kita harus menjalaninya dengan sabar dan
tidak menyesali atas cobaan yang telah diberikan kepada kita.
B.
Semiotik adalah mempelajari tentang tanda. Dalam puisi
mengandung makna tentang kehidupan manusia. Setiap manusia pasti mendapat
cobaan kehidupan. Kesabaran dalam menjalani cobaan adalah suatu kunci dalam
kehidupan. Seperti dalam puisi ini sosok “Ia” digambarkan sebagai orang yang
seorang yang sabar dalam menjalani cobaan kehidupan.
DAFTAR
PUSTAKA
Rinjani,
Graditya Ayu. 2011. “Analisi Puisi Berdasarkan Pendekatan” (online), (http://gradrup.blogspot.com/2011/12/analisis-puisi-berdasarkan-pendekatan.html,
diakses tanggal 17 Juni 2012).
Sudjiman, Panuti, Aart Van Zoest. 1996. Serba-Serbi
Semiotika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Wikipedia. “Puisi” (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi,
diakses tanggal 17 Juni 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar